Bulan Ramadhan berakhir, diganti oleh bulan Syawal, hari raya idul fitri. Berbeda dengan lebaran lebaran sebelumnya, dimana kami selalu melakukan shalat idul fitri bersama sama dengan masyarakat Indonesia, kali ini kami bergabung dengan orang orang Islam dari berbagai negara.
Dulunya, masyarakat Indonesia selalu mengadakan shalat ied di embassy of Indonesia. Tetapi dengan membengkaknya jumlah penduduk Indonesia di Washington, DC, maka ruangan embassy tidak mencukupi lagi. Maka diambil inisiatif untuk menyewa gedung untuk mengadakan shalat ied.
Kali ini kami memutuskan untuk ikut shalat ied di gedung Marriott hotel yang lokasinya dekat dengan rumah kami dan diadakan oleh masyarakat Islam dari berbagai negara. Alasan pertama adalah karena bang is yang agak kurang sehat. Sementara masyarakat Indonesia mengadakan shalat ied di Maryland yang jaraknya sekitar 45 menit dari rumah.
Alasan kedua adalah siapa tau ini lebaran terakhir kami disini. Masak sih sudah bertahun tahun tinggal di sini belum pernah merasakan shalat ied dengan masyarakat Islam dari berbagai negara.
Alasan ketiga (dan kayaknya sih ini alasan yang paling betul), aku gak punya baju kurung. Baju baju kurungku udah di kotak semua, dan aku malas untuk membongkarnya. Kalau dipikir-pikir, kasihan sekali baju menjadi alasan.
Begitu kami tiba di Mariott hotel, ruangan lobby sudah penuh dengan orang orang mengenakan pakaian muslim dan jilbab dengan warna warna yang mencorong dan model yang beraneka ragam, legkap dengan manik manik yang berkelap kelip disertai dengan bau perfume yang mencolok dan bermacam macam bercampur aduk. Begitu ramainya.
Aku dan Shahnaz langsung menuju ke belakang kebagian wanita. Aku gelarkan tikar sembahyang dan mulai mengenakan mukena. Aku lihat kiri kanan, hanya aku dan shahnaz lah yang mengenakan mukena untuk bersembahyang.
Takbir mulai dielukan, mataku pun mulai berkaca kaca basah. Entah mengapa, seruan takbir selalu menyentuh hatiku yang paling dalam. Apakah karena mengingatkanku kepada kampung halamanku di Aceh? kepada kedua orang tuaku dan saudara saudaraku? Ataukah terharu mendengar namaNya yang terus dipanggil oleh setiap muslim? Ataukah mengingatkanku kepada dosa dosaku dan kekurangan kekuranganku dalam memanggil namaNya dan menjalankan ajaran ajaran Islam? Mudah mudahan hari raya ini membuat hatiku lebih bersih dan lebih sering mengingatNya.
Setelah shalat ied kami mampir ke mall untuk membeli hadiah untuk anak anak. Walaupun puasanya gak penuh 30 hari, tetapi aku pikir mereka pantas mendapat hadiah setelah berpuasa di bulan ramadhan yang kali ini lebih panjang dari pada biasanya. Aku jadi ingat ketika shahnaz pulang dari sekolah dan bilang, "I've been living from my saliva today".
Hari raya kedua, kami berangkat ke Boston untuk berlebaran kerumah bang Najib dan kak Nas. Sekalian juga menjenguk cucu pertama mereka yang baru lahir.
Dalam perjalanan, aku menghidupkan CD Indonesia favoritku, grup UNGU dengan album khusus lebarannya berjudul Syurgaku. Kembali kami mendengar takbir, lagu ampunan dosa, dan shalawat nabi. Mulai deh mataku berkaca kaca basah karena terharu.
Entah mengapa, diusiaku sekarang ini, aku mudah sekali merasa terharu dan melinangkan air mata.
Kami menginap di Boston satu malam. Hari Jumat sore kami kembali ke washington dc dengan niat untuk mendatangi rumah rumah yang open house di hari sabtu dan minggu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment