Sunday, September 14, 2008

Ceritaku Tempo Doeloe 2 (Sahabat Karibku)

Ketika aku masih kecil, masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), sekitar tahun 1977-1982, aku mempunyai teman yang akrabbb.......sekali (dan masih akrab sampai sekarang). Kebetulan dia juga adalah tetanggaku, selang lima rumah dari rumahku. Namanya Nurmaulidar. Panggilan akrabnya adalah Lidar.

Kami selalu berbicara menggunakan bahasa Aceh, dengan menyebut diri sendiri LON yang berarti saya. Bagi keluargaku, ini kedengaran sangat serius dan meutuha (dewasa) sekali. Kami biasanya menggunakan nama kecil untuk diri sendiri. Misalnya aku dikeluargaku menyebut diri sendiri Epa. Idih.....kalau kedengaran teman teman cowokku ketika SMP dan SMA bisa abis aku di gangguin....."manja kali.....Epa.....".

Setiap Lidar datang kerumah pasti deh keluargaku akan ngomong begini, "Va, si lon ka trok" (va, si lon udah datang), "Munjak ho si lon" (mau kemana si lon), "peu tengoh bungeh ngon si lon" (apa sedang marahan dengan si lon).

Sangking akrabnya kami berdua, semua kegiatan kami lakukan berdua. kami habiskan waktu mulai dari pagi, berangkat sekolah, sampai maghrib selalu bermain bersama. Seluruh Darussalam tau bahwa kami sahabat karib yang tak terpisahkan. Well, at least sektor kami, sektor selatan. Juga guru guru di sekolah semuanya tau. Di kelas pun kami selalu duduk sebangku. ketika bu Dahniar (guru kelas 6) membagi kelas menjadi 4 kelompok belajar, kami berdua tidak dipisahkan. Sehingga ada satu temankuyang emang suka sirik dikit protes, "Bu, kok si Lidar dan si Riva dimasukkan di dalam satu kelompok". Bu dahniar menjawab, "supaya mereka bisa belajar lebih baik".
Setiap pekerjaan tangan di sekolah kami selalu memilih warna dan bahan yang sama. Begitulah akrabnya kami.

Kami selalu berjalan kaki berdua ke sekolah yang jaraknya bisa ditempuh sekitar 10-15 menit berjalan kaki. Biasanya kami melalui perkampungan sektor barat. Kenapa aku sebut perkampungan, karena sektor Barat tidak termasuk ke dalam komplek darussalam. Perumahannya kecil kecil dan dempet dempet serta terbuat dari kayu, seperti di kampung kampung. Jalanannya pun jalan tanah. Sebenarnya lebih cocok dikatakan lorong karena hanya bisa dilewati kendaraan roda dua.

Aku dan Lidar suka pretending sebagai The Six million dollars man dan The Bionic woman yang filmnya sedang sangat populer di televisi. Ecek eceknya aku sebagai The six million dollars man lengkap dengan kelebihan matanya yang bisa melihat jarak sangat jauh seakan akan teleskop. Lidar seakan akan sebagai the bionic woman lengkap dengan kelebihan telinganya yang bisa mendengar jarak sangat jauh.

Di filmnya, the six million dollars man dan the bionic woman bisa berlari kencaaaaannggg.....sekali yang di filmnya ditunjukkan dalam slow motion dengan musik slow motion sebagai latar belakangnya. Aku dan Lidar seakan akan dalam sebuah mission penting mulai berlari slow motion, tentu saja sambil menyuarakan musik slow motionnya. Tiba tiba kami berhenti. Aku mulai memasangkan kelebihan penglihatanku untuk melihat jarak jauh sambil bersuara "tenet....tenet.....tenet.....". Lidar pun mulai memasang kelebihan telinganya untuk mendengar jarak jauh, juga sambil menyuarakan musik slow motionnya "tenet....tenet....tenet....."
Kalau diingat-ingat sekarang, aku membayangkan kakak kakak yang kost di sektor barat itu pastinya terpingkal pingkal melihat tingkah kami.

Di waktu lain lagi, kami sibuk dengan berkebun. Mulailah kami mencangkul di halaman depan rumahku sepetak tanah selebar 1/2 meter x 1 1/2 meter. Kami bersihkan tanahnya dari rumput, kemudian kami gemburkan. Aku masuk ke dapur mamak dan mengambil sebuah tomat dan cabe. Kami ambil biji bijinya dan kami taburkan di tanah yang sudah gembur. (kalau sekarang tinggal ke home depot beli bibit yang sudah jadi dan tinggal ditanam). Pinggiran kebun kami pancang pancang kayu ubi jalar sebagai pagarnya. Maka selesailah kerja keras kami.

Awalnya, kami rajin sekali menyiram kebun sambil mencabut rumput rumput halus yang mulai tumbuh. Kami senang sekali ketika melihat biji biji tadi mulai tumbuh 2 bulatan daun kecilnya. Ketika masih kecil begitu, baik tanaman tomat maupun cabe tidak tampak perbedaan daunnya. Pada akhirnya hanya beberapa bibit saja yang selamat dan tumbuh besar.

Entah karena kami mulai malas menyiram, atau rumput rumput yang mulai bertumbuhan, atau tanahnya yang kurang subur karena tidak pernah di beri pupuk, tanaman cabe dan tomat tadi hanya menghasilkan satu biji buah di pohonnya. Satu biji tok. Maka ketika panen, buah cabe dan tomat yang cuma satu biji tok tadi sudah masak, kami petik dengan penuh rasa senang, bahagia, dan penuh rasa bangga (sulit di gambarkan dengan kata kata perasaan kami saat itu, cie.....berlebihan kali nih....). Terpaksalah kami gilir. Jika panen kali ini giliran aku yang membawa pulang hasil panennya (yang cuma satu biji tok itu), maka di panen depan giliran Lidarlah yang membawa pulang (tetap aja panennya selalu hanya satu biji tok).

Kalau kebunnya mulai dipenuhi dengan rumput rumput liar, maka mulailah aku membangunkan Apahat, adik mamak (sudah almarhum) yang sedang kuliah di fakultas teknik mesin Unsyiah yang hobinya kalau sedang tidak kuliah adalah tidur.....melulu....
Aku goncang goncangkan Apahat dari tidurnya untuk membersihkan kebun. Lama sekali prosesnya, yang pada akhirnya bangkit juga Apahat dari tidurnya. Mungkin Apahat pikir kalau gak dikerjakan sekarang terus maka aku gak akan berhenti mengganggunya. Begitulah kebun kami akhirnya bersih dari rumput dan gembur kembali.

Yang paling menyenangkan ketika panen sebenarnya adalah pagarnya. Kami selalu mencabut satu atau dua batang ubi yang sudah besar dan tinggi pohonnya. Kami kumpulkan ranting ranting dan tumpukkan dibawah pohon mangga dan kami bakar ubi jalarnya. Nikmat sekali makan ubi bakar. Apalagi kalau dapat ubi yang kuning isinya, rasanya jauh lebih manis dan gurih.

Di Bulan Ramadhan, berbeda dengan Lidar yang lebih rajin berpuasa penuh dalam sebulan, aku gak pernah bisa berpuasa sebulan penuh. 3 hari sebelum lebaran, di rumah mulailah terjadi kesibukan membuat kue kering untuk hari raya. Satu keluarga sibuk, mamak, nenek, cekty, cekyus, macutnah, bahkan kakak kakakku pun semuanya ikut terjun ke dapur dan membantu. Giliran tengah hari, mulailah tercium bau sedap kue di dalam oven. Aku pun mulai merengek rengek sama mamak minta dibolehkan berbuka puasa. Tentu saja di bolehkan. Aku langsung mencicipi kue yang sudah masak diiringin dengan gangguan satu rumah "ye......hana male....".

Sehari sebelum hari raya, akupun mulai sibuk membersihkan sepeda miniku. Aku cuci dan lap sampai mengkilap. Kalau bannya kempes, aku pompa. Kalau bannya bocor, aku dorong sepedaku ke bengkel untuk di perbaiki. Oleh si abang bengkel, ban dalamnya dikeluarkan dan dicelupkan ke dalam air. Kemudian akan tampak bubble bubble udara yang menunjukkan lokasi bocornya. Ban dalamnya ditempel dan dimasukkan kembali dan dipompa. Setelah memberi si abang bengkel Rp 50, akupun pulang naik sepeda dengan senang.

Setelah shalat hari raya, mulailah aku dan lidar bertamu dari satu rumah ke rumah yang lain. Rata rumah di Darussalam kami datangi selama 2-3 hari raya. Mulai dari sektor selatan, tengah, Utara, dan Timur. Kami parkir sepeda di depan rumahnya, kemudian masuk ke dalam rumah sambil mengucapkan salam, menyalami yang punya rumah, disuguhi air sirup, makan kue, kemudian pamit. Giliran rumah sebelahnya kami datangin. Sebagian besar rumah yang kami datangi sebenarnya tidaklah kami kenal. Begitu siang hari, kamipun pulang kerumah untuk beristirahat. Setelah mandi sore dan mengganti baju hari raya baru yang lain, kami pun mulai menggayuh sepeda kembali melanjutkan bersilaturahmi dari rumah ke rumah.

Lidar sekarang tinggal di kampung Pineng, Banda Aceh bersama suami dan satu anak perempuannya. Lidar sudah menjadi dosen di Fakultas MIPA Matematika. Sampai sekarang, setiap ketemu dengan keluargaku; Mamak, Bapak, Oom Nut (adik bapak), Cekty dan cekyus (adik mamak), mereka pasti menyapa Lidar, "Oo.....si lon lagoe.....". (Oo......si lon rupanya.....).

2 comments:

Elvi said...

Masih ingat aku kalian berdua selalu gaya rambutnya sama he he he... Va... emang masa lalu kita kayaknya muanis buanget yach? Aku sering kali cerita masa lalu sama Kendall.

Akoe said...

Eva...iya nih sekarang si Lon jadi best friend aku deh he..he...maklum tak punya teman lain nih...sampai ocan kasih comment...ma......jadi mama main dari dulu dengan tante lidar sampe sekarang ma............he..he..va..maaf nih lama ngak pernah mampir..kayaknya lidar ngak tahu nih ada cerita eva untuk lidar nanti aku kasih tahu deh..biar dia baca pasti dia terharu...met puasa dah ada persiapan menyambut hari raya belum he..he...