Yang aku maksudkan dengan like mother like daughter disini adalah persamaan sikap. Aku banyak melihat sikap sikapku dalam menghadapi anak anakku banyak sekali persamaannya dengan bagaimana orang tuaku menyikapiku ketika aku kecil dulu. Padahal dulu aku paling kesal kalau dicubit sama mamak kalau marah. E....gak taunya kalau aku lagi kesal misalnya ketika anak anakku nakal nakal.......hmmm....bunda selalu bilang jangan pernah bilang nakal untuk anak. karena kata kata seorang ibu itu adalah doa. Jadi kalau marah ketika mereka "misbehave", aku suka bilang (dengan nada marah tentunya), "ih......baik kali anak ini......jadi anak yang sukses dan bahagia ya??? Bahkan kadang kadang kalau marahnya sangat marah aku tambahin lagi bersamaan dengan cubitan tentunya "Jadi anak yang saleh, patuh sama orang tuanya ya.......anak yang suka bersedekah......anak yang berhasil......sekolah keluar negeri di sekolah yang paling bagus ya......
Anyway.....mengenai cubitan tadi, ada macam macam jenis cubitannya. Ada yang cubitan tebal kalau marahnya kurang, ada juga cubitan yang sedang kalau marahnya juga sedang, dan ada yang cubitannya kecilll......kalau marahnya sangat marah. Yang paling sering kena cubitan adalah.....Irsyad. Soalnya dia yang paling sering bikin aku marah. Paling hobi gangguin adik adiknya. Yang kedua adalah Shahnaz....(surprise?), soalnya shahnaz yang paling spoiled. Sedikit aja diganggu, nangisnya kayak udah cedera berat. Mulanya aku tabah tabahkan mendengar teriakan teriakannya. Tapi kalau udah gak tahan kedua duanya kena cubitan halus alias kecil. Kalau Aslan yang paling sweet.....jarang kali misbehave. Aslan kena cubitan biasanya kalau dia berada di "wrong place at the wrong time"......you know.......tapi seringnya aku menyesal abis itu.
Kalau Bapakku lain lagi ceritanya. Bapak orangnya sangat menyenangkan dan penuh humor. Tapi giliran teman temanku main kerumah, seperti kebanyakan bapak bapak aceh yang lain, kalau ketemu pastinya gak banyak omong. Basa basi aja "Udah makan?". Aku sih senyam senyum aja karena udah biasa. Gak perduli waktu itu apakah pagi hari, siang, sore, ataupun malam. Terus beberapa saat lagi kalau kebetulan lewat lagi, basa basi lagi, "udah makan?".
Suatu kali aku dan keluargaku pergi ke kenduri kawinan saudara. Eh, ketemu pulak dengan teman-teman cowok di sekolahku. Karena tiba tiba dan gak ada persiapan aku jadi salah tingkah, langsung aja aku berbasa basi, "udah makan?" Aku dengar dibelakangku suara tawa terkikik kikik. Aku lupa waktu itu, entah kakak kakakku, entah tante-tanteku, entah kakak kakakku dan tante tanteku yang tertawa terkikik kikik dibelakangku, sambil bilang "udah kayak bapak aja basa basinya." ha ha ha......
Tapi kebiasaan mamak yang rajin bersih bersih dan organize gak terikut olehku. Padahal kebiasaan inilah yang sangat aku impikan. Mamak orangnya bersih kali dan rajin kali. Setiap hari pasti bersih bersih rumah. Kalau gak percaya liat aja lemari pakaian mamak. Semua bajunya rapi.....sekali terlipat. termasuk selendang selendang yang lembut lembut dan susah dilipat. Teratur sekali. baju yang digantung juga tergantung rapi. belum lagi tas tas semuanya teratur rapi. sangking rapi dan teraturnya di lemari yang kecil bisa muat banyak. Beda denganku yang emang dari dulu centang prenang. Lemari pakaianku berantakan. Kalau lagi rajin aku bersihkan rapi juga (biarpun gak serapi mamak), Baju aku gantung teratur, pink dengan pink, kemudian biru biru, putih putih dll. Tapi biasanya bertahan sebentar, terusnya centang prenang lagi.
Dulu mamak suka marah kalau aku pake baju cuma sekali aja dan langsung buang ke tumpukan kain kotor. Mamak bilang, "putoh sayep sayep bak ta rah ija" (putus sayap sayap kita cuci kain).
Padahal ada kakak yang datang setiap hari kerumah untuk mencuci baju dan menggosok. Anak anakku juga sekarang begitu. pake baju cuma sekali langsung lempar ke hamper. Apalagi shahnaz kalau sedang kementelan, ganti ganti baju dalam sehari. Giliran aku yang teriak marah, "capek kali mama cuci baju". Padahal cuci baju pake mesin dan kami gak ada cerita menggosok gosok baju.
Thursday, September 18, 2008
Sunday, September 14, 2008
Ceritaku Tempo Doeloe 2 (Sahabat Karibku)
Ketika aku masih kecil, masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), sekitar tahun 1977-1982, aku mempunyai teman yang akrabbb.......sekali (dan masih akrab sampai sekarang). Kebetulan dia juga adalah tetanggaku, selang lima rumah dari rumahku. Namanya Nurmaulidar. Panggilan akrabnya adalah Lidar.
Kami selalu berbicara menggunakan bahasa Aceh, dengan menyebut diri sendiri LON yang berarti saya. Bagi keluargaku, ini kedengaran sangat serius dan meutuha (dewasa) sekali. Kami biasanya menggunakan nama kecil untuk diri sendiri. Misalnya aku dikeluargaku menyebut diri sendiri Epa. Idih.....kalau kedengaran teman teman cowokku ketika SMP dan SMA bisa abis aku di gangguin....."manja kali.....Epa.....".
Setiap Lidar datang kerumah pasti deh keluargaku akan ngomong begini, "Va, si lon ka trok" (va, si lon udah datang), "Munjak ho si lon" (mau kemana si lon), "peu tengoh bungeh ngon si lon" (apa sedang marahan dengan si lon).
Sangking akrabnya kami berdua, semua kegiatan kami lakukan berdua. kami habiskan waktu mulai dari pagi, berangkat sekolah, sampai maghrib selalu bermain bersama. Seluruh Darussalam tau bahwa kami sahabat karib yang tak terpisahkan. Well, at least sektor kami, sektor selatan. Juga guru guru di sekolah semuanya tau. Di kelas pun kami selalu duduk sebangku. ketika bu Dahniar (guru kelas 6) membagi kelas menjadi 4 kelompok belajar, kami berdua tidak dipisahkan. Sehingga ada satu temankuyang emang suka sirik dikit protes, "Bu, kok si Lidar dan si Riva dimasukkan di dalam satu kelompok". Bu dahniar menjawab, "supaya mereka bisa belajar lebih baik".
Setiap pekerjaan tangan di sekolah kami selalu memilih warna dan bahan yang sama. Begitulah akrabnya kami.
Kami selalu berjalan kaki berdua ke sekolah yang jaraknya bisa ditempuh sekitar 10-15 menit berjalan kaki. Biasanya kami melalui perkampungan sektor barat. Kenapa aku sebut perkampungan, karena sektor Barat tidak termasuk ke dalam komplek darussalam. Perumahannya kecil kecil dan dempet dempet serta terbuat dari kayu, seperti di kampung kampung. Jalanannya pun jalan tanah. Sebenarnya lebih cocok dikatakan lorong karena hanya bisa dilewati kendaraan roda dua.
Aku dan Lidar suka pretending sebagai The Six million dollars man dan The Bionic woman yang filmnya sedang sangat populer di televisi. Ecek eceknya aku sebagai The six million dollars man lengkap dengan kelebihan matanya yang bisa melihat jarak sangat jauh seakan akan teleskop. Lidar seakan akan sebagai the bionic woman lengkap dengan kelebihan telinganya yang bisa mendengar jarak sangat jauh.
Di filmnya, the six million dollars man dan the bionic woman bisa berlari kencaaaaannggg.....sekali yang di filmnya ditunjukkan dalam slow motion dengan musik slow motion sebagai latar belakangnya. Aku dan Lidar seakan akan dalam sebuah mission penting mulai berlari slow motion, tentu saja sambil menyuarakan musik slow motionnya. Tiba tiba kami berhenti. Aku mulai memasangkan kelebihan penglihatanku untuk melihat jarak jauh sambil bersuara "tenet....tenet.....tenet.....". Lidar pun mulai memasang kelebihan telinganya untuk mendengar jarak jauh, juga sambil menyuarakan musik slow motionnya "tenet....tenet....tenet....."
Kalau diingat-ingat sekarang, aku membayangkan kakak kakak yang kost di sektor barat itu pastinya terpingkal pingkal melihat tingkah kami.
Di waktu lain lagi, kami sibuk dengan berkebun. Mulailah kami mencangkul di halaman depan rumahku sepetak tanah selebar 1/2 meter x 1 1/2 meter. Kami bersihkan tanahnya dari rumput, kemudian kami gemburkan. Aku masuk ke dapur mamak dan mengambil sebuah tomat dan cabe. Kami ambil biji bijinya dan kami taburkan di tanah yang sudah gembur. (kalau sekarang tinggal ke home depot beli bibit yang sudah jadi dan tinggal ditanam). Pinggiran kebun kami pancang pancang kayu ubi jalar sebagai pagarnya. Maka selesailah kerja keras kami.
Awalnya, kami rajin sekali menyiram kebun sambil mencabut rumput rumput halus yang mulai tumbuh. Kami senang sekali ketika melihat biji biji tadi mulai tumbuh 2 bulatan daun kecilnya. Ketika masih kecil begitu, baik tanaman tomat maupun cabe tidak tampak perbedaan daunnya. Pada akhirnya hanya beberapa bibit saja yang selamat dan tumbuh besar.
Entah karena kami mulai malas menyiram, atau rumput rumput yang mulai bertumbuhan, atau tanahnya yang kurang subur karena tidak pernah di beri pupuk, tanaman cabe dan tomat tadi hanya menghasilkan satu biji buah di pohonnya. Satu biji tok. Maka ketika panen, buah cabe dan tomat yang cuma satu biji tok tadi sudah masak, kami petik dengan penuh rasa senang, bahagia, dan penuh rasa bangga (sulit di gambarkan dengan kata kata perasaan kami saat itu, cie.....berlebihan kali nih....). Terpaksalah kami gilir. Jika panen kali ini giliran aku yang membawa pulang hasil panennya (yang cuma satu biji tok itu), maka di panen depan giliran Lidarlah yang membawa pulang (tetap aja panennya selalu hanya satu biji tok).
Kalau kebunnya mulai dipenuhi dengan rumput rumput liar, maka mulailah aku membangunkan Apahat, adik mamak (sudah almarhum) yang sedang kuliah di fakultas teknik mesin Unsyiah yang hobinya kalau sedang tidak kuliah adalah tidur.....melulu....
Aku goncang goncangkan Apahat dari tidurnya untuk membersihkan kebun. Lama sekali prosesnya, yang pada akhirnya bangkit juga Apahat dari tidurnya. Mungkin Apahat pikir kalau gak dikerjakan sekarang terus maka aku gak akan berhenti mengganggunya. Begitulah kebun kami akhirnya bersih dari rumput dan gembur kembali.
Yang paling menyenangkan ketika panen sebenarnya adalah pagarnya. Kami selalu mencabut satu atau dua batang ubi yang sudah besar dan tinggi pohonnya. Kami kumpulkan ranting ranting dan tumpukkan dibawah pohon mangga dan kami bakar ubi jalarnya. Nikmat sekali makan ubi bakar. Apalagi kalau dapat ubi yang kuning isinya, rasanya jauh lebih manis dan gurih.
Di Bulan Ramadhan, berbeda dengan Lidar yang lebih rajin berpuasa penuh dalam sebulan, aku gak pernah bisa berpuasa sebulan penuh. 3 hari sebelum lebaran, di rumah mulailah terjadi kesibukan membuat kue kering untuk hari raya. Satu keluarga sibuk, mamak, nenek, cekty, cekyus, macutnah, bahkan kakak kakakku pun semuanya ikut terjun ke dapur dan membantu. Giliran tengah hari, mulailah tercium bau sedap kue di dalam oven. Aku pun mulai merengek rengek sama mamak minta dibolehkan berbuka puasa. Tentu saja di bolehkan. Aku langsung mencicipi kue yang sudah masak diiringin dengan gangguan satu rumah "ye......hana male....".
Sehari sebelum hari raya, akupun mulai sibuk membersihkan sepeda miniku. Aku cuci dan lap sampai mengkilap. Kalau bannya kempes, aku pompa. Kalau bannya bocor, aku dorong sepedaku ke bengkel untuk di perbaiki. Oleh si abang bengkel, ban dalamnya dikeluarkan dan dicelupkan ke dalam air. Kemudian akan tampak bubble bubble udara yang menunjukkan lokasi bocornya. Ban dalamnya ditempel dan dimasukkan kembali dan dipompa. Setelah memberi si abang bengkel Rp 50, akupun pulang naik sepeda dengan senang.
Setelah shalat hari raya, mulailah aku dan lidar bertamu dari satu rumah ke rumah yang lain. Rata rumah di Darussalam kami datangi selama 2-3 hari raya. Mulai dari sektor selatan, tengah, Utara, dan Timur. Kami parkir sepeda di depan rumahnya, kemudian masuk ke dalam rumah sambil mengucapkan salam, menyalami yang punya rumah, disuguhi air sirup, makan kue, kemudian pamit. Giliran rumah sebelahnya kami datangin. Sebagian besar rumah yang kami datangi sebenarnya tidaklah kami kenal. Begitu siang hari, kamipun pulang kerumah untuk beristirahat. Setelah mandi sore dan mengganti baju hari raya baru yang lain, kami pun mulai menggayuh sepeda kembali melanjutkan bersilaturahmi dari rumah ke rumah.
Lidar sekarang tinggal di kampung Pineng, Banda Aceh bersama suami dan satu anak perempuannya. Lidar sudah menjadi dosen di Fakultas MIPA Matematika. Sampai sekarang, setiap ketemu dengan keluargaku; Mamak, Bapak, Oom Nut (adik bapak), Cekty dan cekyus (adik mamak), mereka pasti menyapa Lidar, "Oo.....si lon lagoe.....". (Oo......si lon rupanya.....).
Kami selalu berbicara menggunakan bahasa Aceh, dengan menyebut diri sendiri LON yang berarti saya. Bagi keluargaku, ini kedengaran sangat serius dan meutuha (dewasa) sekali. Kami biasanya menggunakan nama kecil untuk diri sendiri. Misalnya aku dikeluargaku menyebut diri sendiri Epa. Idih.....kalau kedengaran teman teman cowokku ketika SMP dan SMA bisa abis aku di gangguin....."manja kali.....Epa.....".
Setiap Lidar datang kerumah pasti deh keluargaku akan ngomong begini, "Va, si lon ka trok" (va, si lon udah datang), "Munjak ho si lon" (mau kemana si lon), "peu tengoh bungeh ngon si lon" (apa sedang marahan dengan si lon).
Sangking akrabnya kami berdua, semua kegiatan kami lakukan berdua. kami habiskan waktu mulai dari pagi, berangkat sekolah, sampai maghrib selalu bermain bersama. Seluruh Darussalam tau bahwa kami sahabat karib yang tak terpisahkan. Well, at least sektor kami, sektor selatan. Juga guru guru di sekolah semuanya tau. Di kelas pun kami selalu duduk sebangku. ketika bu Dahniar (guru kelas 6) membagi kelas menjadi 4 kelompok belajar, kami berdua tidak dipisahkan. Sehingga ada satu temankuyang emang suka sirik dikit protes, "Bu, kok si Lidar dan si Riva dimasukkan di dalam satu kelompok". Bu dahniar menjawab, "supaya mereka bisa belajar lebih baik".
Setiap pekerjaan tangan di sekolah kami selalu memilih warna dan bahan yang sama. Begitulah akrabnya kami.
Kami selalu berjalan kaki berdua ke sekolah yang jaraknya bisa ditempuh sekitar 10-15 menit berjalan kaki. Biasanya kami melalui perkampungan sektor barat. Kenapa aku sebut perkampungan, karena sektor Barat tidak termasuk ke dalam komplek darussalam. Perumahannya kecil kecil dan dempet dempet serta terbuat dari kayu, seperti di kampung kampung. Jalanannya pun jalan tanah. Sebenarnya lebih cocok dikatakan lorong karena hanya bisa dilewati kendaraan roda dua.
Aku dan Lidar suka pretending sebagai The Six million dollars man dan The Bionic woman yang filmnya sedang sangat populer di televisi. Ecek eceknya aku sebagai The six million dollars man lengkap dengan kelebihan matanya yang bisa melihat jarak sangat jauh seakan akan teleskop. Lidar seakan akan sebagai the bionic woman lengkap dengan kelebihan telinganya yang bisa mendengar jarak sangat jauh.
Di filmnya, the six million dollars man dan the bionic woman bisa berlari kencaaaaannggg.....sekali yang di filmnya ditunjukkan dalam slow motion dengan musik slow motion sebagai latar belakangnya. Aku dan Lidar seakan akan dalam sebuah mission penting mulai berlari slow motion, tentu saja sambil menyuarakan musik slow motionnya. Tiba tiba kami berhenti. Aku mulai memasangkan kelebihan penglihatanku untuk melihat jarak jauh sambil bersuara "tenet....tenet.....tenet.....". Lidar pun mulai memasang kelebihan telinganya untuk mendengar jarak jauh, juga sambil menyuarakan musik slow motionnya "tenet....tenet....tenet....."
Kalau diingat-ingat sekarang, aku membayangkan kakak kakak yang kost di sektor barat itu pastinya terpingkal pingkal melihat tingkah kami.
Di waktu lain lagi, kami sibuk dengan berkebun. Mulailah kami mencangkul di halaman depan rumahku sepetak tanah selebar 1/2 meter x 1 1/2 meter. Kami bersihkan tanahnya dari rumput, kemudian kami gemburkan. Aku masuk ke dapur mamak dan mengambil sebuah tomat dan cabe. Kami ambil biji bijinya dan kami taburkan di tanah yang sudah gembur. (kalau sekarang tinggal ke home depot beli bibit yang sudah jadi dan tinggal ditanam). Pinggiran kebun kami pancang pancang kayu ubi jalar sebagai pagarnya. Maka selesailah kerja keras kami.
Awalnya, kami rajin sekali menyiram kebun sambil mencabut rumput rumput halus yang mulai tumbuh. Kami senang sekali ketika melihat biji biji tadi mulai tumbuh 2 bulatan daun kecilnya. Ketika masih kecil begitu, baik tanaman tomat maupun cabe tidak tampak perbedaan daunnya. Pada akhirnya hanya beberapa bibit saja yang selamat dan tumbuh besar.
Entah karena kami mulai malas menyiram, atau rumput rumput yang mulai bertumbuhan, atau tanahnya yang kurang subur karena tidak pernah di beri pupuk, tanaman cabe dan tomat tadi hanya menghasilkan satu biji buah di pohonnya. Satu biji tok. Maka ketika panen, buah cabe dan tomat yang cuma satu biji tok tadi sudah masak, kami petik dengan penuh rasa senang, bahagia, dan penuh rasa bangga (sulit di gambarkan dengan kata kata perasaan kami saat itu, cie.....berlebihan kali nih....). Terpaksalah kami gilir. Jika panen kali ini giliran aku yang membawa pulang hasil panennya (yang cuma satu biji tok itu), maka di panen depan giliran Lidarlah yang membawa pulang (tetap aja panennya selalu hanya satu biji tok).
Kalau kebunnya mulai dipenuhi dengan rumput rumput liar, maka mulailah aku membangunkan Apahat, adik mamak (sudah almarhum) yang sedang kuliah di fakultas teknik mesin Unsyiah yang hobinya kalau sedang tidak kuliah adalah tidur.....melulu....
Aku goncang goncangkan Apahat dari tidurnya untuk membersihkan kebun. Lama sekali prosesnya, yang pada akhirnya bangkit juga Apahat dari tidurnya. Mungkin Apahat pikir kalau gak dikerjakan sekarang terus maka aku gak akan berhenti mengganggunya. Begitulah kebun kami akhirnya bersih dari rumput dan gembur kembali.
Yang paling menyenangkan ketika panen sebenarnya adalah pagarnya. Kami selalu mencabut satu atau dua batang ubi yang sudah besar dan tinggi pohonnya. Kami kumpulkan ranting ranting dan tumpukkan dibawah pohon mangga dan kami bakar ubi jalarnya. Nikmat sekali makan ubi bakar. Apalagi kalau dapat ubi yang kuning isinya, rasanya jauh lebih manis dan gurih.
Di Bulan Ramadhan, berbeda dengan Lidar yang lebih rajin berpuasa penuh dalam sebulan, aku gak pernah bisa berpuasa sebulan penuh. 3 hari sebelum lebaran, di rumah mulailah terjadi kesibukan membuat kue kering untuk hari raya. Satu keluarga sibuk, mamak, nenek, cekty, cekyus, macutnah, bahkan kakak kakakku pun semuanya ikut terjun ke dapur dan membantu. Giliran tengah hari, mulailah tercium bau sedap kue di dalam oven. Aku pun mulai merengek rengek sama mamak minta dibolehkan berbuka puasa. Tentu saja di bolehkan. Aku langsung mencicipi kue yang sudah masak diiringin dengan gangguan satu rumah "ye......hana male....".
Sehari sebelum hari raya, akupun mulai sibuk membersihkan sepeda miniku. Aku cuci dan lap sampai mengkilap. Kalau bannya kempes, aku pompa. Kalau bannya bocor, aku dorong sepedaku ke bengkel untuk di perbaiki. Oleh si abang bengkel, ban dalamnya dikeluarkan dan dicelupkan ke dalam air. Kemudian akan tampak bubble bubble udara yang menunjukkan lokasi bocornya. Ban dalamnya ditempel dan dimasukkan kembali dan dipompa. Setelah memberi si abang bengkel Rp 50, akupun pulang naik sepeda dengan senang.
Setelah shalat hari raya, mulailah aku dan lidar bertamu dari satu rumah ke rumah yang lain. Rata rumah di Darussalam kami datangi selama 2-3 hari raya. Mulai dari sektor selatan, tengah, Utara, dan Timur. Kami parkir sepeda di depan rumahnya, kemudian masuk ke dalam rumah sambil mengucapkan salam, menyalami yang punya rumah, disuguhi air sirup, makan kue, kemudian pamit. Giliran rumah sebelahnya kami datangin. Sebagian besar rumah yang kami datangi sebenarnya tidaklah kami kenal. Begitu siang hari, kamipun pulang kerumah untuk beristirahat. Setelah mandi sore dan mengganti baju hari raya baru yang lain, kami pun mulai menggayuh sepeda kembali melanjutkan bersilaturahmi dari rumah ke rumah.
Lidar sekarang tinggal di kampung Pineng, Banda Aceh bersama suami dan satu anak perempuannya. Lidar sudah menjadi dosen di Fakultas MIPA Matematika. Sampai sekarang, setiap ketemu dengan keluargaku; Mamak, Bapak, Oom Nut (adik bapak), Cekty dan cekyus (adik mamak), mereka pasti menyapa Lidar, "Oo.....si lon lagoe.....". (Oo......si lon rupanya.....).
Wednesday, September 10, 2008
Boh Rom Rom
Nama Indonesianya adalah Klepon. Di Aceh di kenal dengan nama boh rom rom, atau boh mencrot. Kenapa namanya boh mencrot mungkin karena kalau dimakan isinya bisa mencrot kemana mana. makanya kalau makan boh rom rom ada strateginya, harus masuk sekalian kedalam mulut, jangan di gigit atau di potong potong.
Di bulan puasa adalah waktu yang paling tepat untuk bikin boh rom rom. disamping gampang bikinnya, bahannya pun biasanya selalu ada tersedia dirumah, dan rasanya pun segar dan enak buat berbuka puasa.
Seperti hari ini aku bikin boh rom rom buat berbuka puasa. Kali ini aku bikin warna biru. bulatannya besar besar supaya cepat siap. dasar emang....
Shahnaz begitu melihat menu berbuka puasa boh rom rom, langsung senang dan berseri seri. "Thank you mama, thank you, thank you", jeritnya sambil memelukku. Shahnaz memang suka sekali boh rom rom. Aku pun ikut senang melihat reaksi Shahnaz. Bolak balik dia ke dapur dan berdiri memandangi piring berisi boh rom rom, "is it time to eat yet?".
Beda sekali dengan reaksiku ketika masih kecil dulu. Kalau mamak bikin boh rom rom, maka aku mulai protes, kok boh rom rom sih......
Aku ingat dulu ketika di Aceh. Setiap habis shalat tarawih di bulan puasa, kami biasanya tidak langsung pulang dari mushala. Di mushala selalu di adakan tadarus buat para remaja. Selang seling harinya antara remaja laki laki dan remaja perempuan.
Setiap rumah di sektor selatan dan tengah digilir untuk membawa snack bagi remaja tadarus setiap malam. Paling senang kalau snacknya risol, atau kroket, atau kue kue lainnya yang untuk bikinnya emang agak rumit dan lama. Sementara yang paling sering snacknya adalah kue boh rom rom, pisang goreng, kue dadar, dan kue kue semacam itu. Kami suka kecewa kalau yang datang kue kue itu, walaupun habis juga dimakan.
Tetapi boh rom rom buatan pendopo bentuknya keren sekali. Boh rom rom di pendopo bulatannya kecil kecil mungil dan berwarna warni. biasanya warnanya merah, hijau dan putih. cara dihidangkannya pun menarik. Setiap cup cake paper diisi dengan 3 warna boh rom rom.
Anehnya begitu aku meninggalkan Aceh, justru kue kue semacam boh rom rom dan dadar isi kelapalah yang selalu aku rindukan. Makanya di bulan puasa ini menjadi menu favoriteku. Lagian gampang di bikinnya. Shahnaz pun senang sekali. Beda lagi cara shahnaz memakannya, dengan menggunakan garpu boh rom rom ditusuk. sekali tusuk bisa 2 boh rom rom. Kalau bulatannya gedean(emang bulatan boh rom romku gak sama ukurannya. ada yang kecil, agak besar, dan besar....), maka dimakan satu. tapi giliran agak kecil, bisa masuk ke mulut 2 boh rom rom sekalian.
Thursday, September 4, 2008
Menjelang bulan suci Ramadhan.......
Ramadhan akhirnya tiba. Begitu sibuknya kami dengan perbaikan rumah, sehingga Ramadhan tiba pun kami tidak siap. Biasanya jauh hari sudah ada imsakiah, sudah masak rendang dan sie reboh. Tapi kali ini, sehari sebelumnya baru telpon embassy untuk meyakinkan bahwa ramadhan dimulai pada hari senin, tanggal 1 september.
Weekend terakhir sebelum Ramadhan kak suraiya dan bang Izwandi dari New York datang berkunjung. Maka kami ambil kesempatan ini untuk break sebentar dari kegiatan perbaikan rumah. Hari Sabtu aku persiapkan ribs daging barbeque, hitung hitung kan megang. Maka malam itu kami pun bakar bakaran ribs. Dek tan dan bang Asril dan anak anaknya juga datang.
Hari Minggu, kami putuskan untuk pergi ke Shenandoah mountain. Aku ingat di Aceh. Minggu terakhir sebelum Ramadhan, jalanan ke laut pasti macet. Semua orang ingin menikmati minggu terakhir piknik dan camping di laut. Perjalanan ke shenandoah mountain sangat menyenangkan. udaranya cerah dan segar sekali di gunung. Kami jalan jalan melihat pemandangan gunung yang indah. Terakhir kami mampir ke Luray cavern.
Padahal kami sudah sering sekali ke Luray Cavern. Tetapi masih saja terkagum kagum dengan Rahmat Allah yang memang luar biasa indahnya. Seperti anak anak yang suka menebak nebak bentuk awan di langit, kami pun ikut menebak nebak bentuk stalactite dan stalagmite. Ada yang seperti handuk digantung, ada yang seperti hantu putih. Kata guidenya kalau dilihat 2 kali gak apa apa. 3 kali juga masih ok. tapi kalau melihat keempat kali, maka hantunya akan haunted kita......hiiii.....Ada yang bentuknya seperti ice cone atau seperti pohon. Yang ditunggu tunggu anak anak adalah yang bentuknya seperti telur mata sapi. Di tengah gua yang berada sekitar 160 feet dibawah tanah, ada tempat yang luas. disitu ada piano yang dihubungkan dengan stalactite dan stalagmite sehingga ketika dimainkan pianonya mengeluarkan suara yang indah. Katanya sih banyak juga yang mengadakan upacara perkawinan di situ.
Keluar dari gua, kami masuk ke meusium mobil antik, sementara anak anak masuk ke garden maze. Setelah itu kami beli ice cream dan duduk piknik di rumput.
What a day.....
Pulangnya kami mampir ke toko untuk membeli daging untuk bikin rendang dan sie reboh.
Sebelum tidur shahnaz minta supaya dia dibangunkan sahur juga supaya bisa ikut berpuasa.
Aku jadi ingat 2 tahun yang lalu ketika shahnaz masih kecil. Dia selalu mau ikutan bangun sahur biarpun puasanya masih setengah hari. "mama, can you wake me up in the morning that look like night?".
Selamat Bulan Ramadhan......Mohon maaf Lahir dan Bathin.....
Weekend terakhir sebelum Ramadhan kak suraiya dan bang Izwandi dari New York datang berkunjung. Maka kami ambil kesempatan ini untuk break sebentar dari kegiatan perbaikan rumah. Hari Sabtu aku persiapkan ribs daging barbeque, hitung hitung kan megang. Maka malam itu kami pun bakar bakaran ribs. Dek tan dan bang Asril dan anak anaknya juga datang.
Hari Minggu, kami putuskan untuk pergi ke Shenandoah mountain. Aku ingat di Aceh. Minggu terakhir sebelum Ramadhan, jalanan ke laut pasti macet. Semua orang ingin menikmati minggu terakhir piknik dan camping di laut. Perjalanan ke shenandoah mountain sangat menyenangkan. udaranya cerah dan segar sekali di gunung. Kami jalan jalan melihat pemandangan gunung yang indah. Terakhir kami mampir ke Luray cavern.
Padahal kami sudah sering sekali ke Luray Cavern. Tetapi masih saja terkagum kagum dengan Rahmat Allah yang memang luar biasa indahnya. Seperti anak anak yang suka menebak nebak bentuk awan di langit, kami pun ikut menebak nebak bentuk stalactite dan stalagmite. Ada yang seperti handuk digantung, ada yang seperti hantu putih. Kata guidenya kalau dilihat 2 kali gak apa apa. 3 kali juga masih ok. tapi kalau melihat keempat kali, maka hantunya akan haunted kita......hiiii.....Ada yang bentuknya seperti ice cone atau seperti pohon. Yang ditunggu tunggu anak anak adalah yang bentuknya seperti telur mata sapi. Di tengah gua yang berada sekitar 160 feet dibawah tanah, ada tempat yang luas. disitu ada piano yang dihubungkan dengan stalactite dan stalagmite sehingga ketika dimainkan pianonya mengeluarkan suara yang indah. Katanya sih banyak juga yang mengadakan upacara perkawinan di situ.
Keluar dari gua, kami masuk ke meusium mobil antik, sementara anak anak masuk ke garden maze. Setelah itu kami beli ice cream dan duduk piknik di rumput.
What a day.....
Pulangnya kami mampir ke toko untuk membeli daging untuk bikin rendang dan sie reboh.
Sebelum tidur shahnaz minta supaya dia dibangunkan sahur juga supaya bisa ikut berpuasa.
Aku jadi ingat 2 tahun yang lalu ketika shahnaz masih kecil. Dia selalu mau ikutan bangun sahur biarpun puasanya masih setengah hari. "mama, can you wake me up in the morning that look like night?".
Selamat Bulan Ramadhan......Mohon maaf Lahir dan Bathin.....
Subscribe to:
Posts (Atom)